Selasa, 26 Juli 2011

Bagaimana membalasnya?

Baru akhir-akhir ini saya benar-benar merasa..
Merasakan kebahagiaan …..
Memiliki orang tua yang selalu mencintai saya, membesarkan saya sampai seperti sekarang
Memaafkan setiap kesalahan saya, mencukupi apa yang saya inginkan
Memaklumi setiap kelakuan saya, menuntun batin saya menjadi dewasa dengan doa-doa
Dengan apapun dan bagaimanapun cara mereka, ternyata itu semuanya untuk saya
Merasakan penyesalan …..
Atas semua pemberontakan masa lalu pada mereka, atas kekeras kepalaan terhadap nasehat mereka
Atas semua beban yang mereka pikul karena saya, Atas kebutaan mata hati dengan cinta kasih mereka
Ya Tuhan……
Disaat usia senja mereka, dimana (menurut saya)mereka sangat butuh keberadaan saya
Ternyata saya tidak ada…
Bagaimana membalas segala kebaikan mereka..
Cukupkah sedikit rupiah yang coba kita berikan untuk membalas budi mereka
Cukupkan sebaris doa yang coba kita ucapkan untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka
Cukupkah…
Bahkan jika kita merasa mampu dan ingin mencoba menuruti semua keinginan mereka,
keinginan mereka ternyata tidak pernah berubah, hanya ingin anak-anaknya bahagia
Saya yakin mereka tidak menginginkan balasan dari saya atas cinta kasih mereka
Dan saya yakin saya tidak akan mungkin bisa membalasnya
Selalu kumohonkan kepada-Mu untuk cinta kasih-Mu kepada mereka, ampunan-Mu atas khilaf mereka, karena hanya Engkau Maha Pemberi Balasan yang Sempurna
Dengan memohon petunjuk dari Alloh, saya tetap berharap akan ada seribu jalan untuk membalas kebaikan mereka, selamanya….
Kagem Bapak Moh.Rosyidi dan Simbok Sakinem di rumah
Sembah sungkem dari anakmu
Untuk teman burhan semua, terutama yang merasakan sama seperti apa yang saya rasakan, mohon saran dan share pengalaman kalian
Burhan

Kamis, 21 Juli 2011

Kabau Pantai (Sulabesi Barat, Kepulauan Sula, Maluku Utara)

Sama sekali tidak pernah terfikir untuk mampir ke tempat ini, mimpipun tidak. Tapi ini nyata. Ternyata saya tidak hanya mampir, tapi sempat singgah dan bermalam disana. Kabau Pantai namanya, sebuah ibukota Kecamatan Sulabesi Barat, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara. Sebenarnya Kecamatan ini bukan yang paling jauh diantara kecamatan lainnya di Kabupaten Kepulauan Sula, karena masih ada Sulabesi Selatan yang jaraknya paling jauh. Namun saat ini karena akses jalan utama menuju Sulabesi Barat sedang rusak, maka Kecamatan Sulabesi Baratlah yang paling jauh. Yang kita bicarakan perpindahan tentunya, bukan jarak. Sebenarnya jaraknya sekitar 50 km dari ibukota Kabupaten Kepulauan Sula di Sanana. Rute ini yang tadi saya bilang jalan utama yang rusak. Rute ini start dari Sanana – Sanana Utara – Sulabesi Barat. Namun jalan yang sekarang bisa diakses adalah rute Sanana – Sulabesi Tengah – Sulabesi Selatan – Sulabesi Barat. Perkiraan saya lebih dari 70 km perpindahannya. Tapi yang pasti waktu tempuh yang saya butuhkan untuk sampai ke Kabau pantai adalah 8 jam dengan kendaraan sepeda motor. Karena saya berangkat jam 9 pagi dan sampai di sana jam 5 sore. Medannya adalah, jalan berbatu dan tanah sejauh 30 km, jalan tanah merah memotong gunung sejauh 20 km, dan jalan setapak sepanjang pantai yang di beberapa titik diantaranya jalan terputus sungai sejauh 20 km. Sejauh ini kita masih berbicara wilayah Kecamatan saja. Sedangkan Kabupaten Kepulauan Sula sendiri (kalau menurut peta saya) berjarak 3.390 km dengan waktu tempuh dengan kapal laut selama 17 jam dari Ternate (Pusat kota di Maluku Utara). Dan mungkin semua sudah tahu seberapa jauh Ternate dari Jakarta (Ibukota Negara Kita).
Kabau Pantai mungkin salah satu diantara banyak tempat serupa di Indonesia. Eksotis, indah, dan sayangnya penuh dengan keterbatasan. Karena saya cuma disana 2 hari maka masih tercampur suasana piknik dalam benak saya. Jadi tidak begitu terasa menyedihkan. Keterbatasannya adalah kondisi jalan menuju ke sana yang tidak layak, letaknya yang jauh dari pusat ekonomi dan pemerintahan, harga-harga mahal karena harus menanggung transport yang jauh, belum terjangkau listrik, belum terjangkau sinyal telekomunikasi, keterbatasan akses informasi, keterbatasan sarana dan prasarana, dan masih banyak keterbatasan lainnya. Maka saran saya jangan mencoba dibayangkan dengan membandingkan dengan beberapa kota di Medan, Jogjakarta, apalagi Jakarta. Bukan suatu perbandingan yang setara tentunya.
Alhamdulillah saya sempat bencengkrama dengan pemilik rumah tempat saya menumpang bermalam, dan berbicara dengan beberapa orang saat saya numpang sholat di masjid setempat. Tertangkap dalam nurani saya, aroma kekecewaan, keputus-asaan dalam keterbatasan. Tertangkap aroma iri ketika mereka membandingkan dengan pembangunan di daerah lain. Banyak pesan yang disampaikan kepada saya agar pemerintah memperhatikan nasib mereka. Pesannya mungkin salah alamat bila disampaikan kepada saya, karena saya bukan siapa-siapa. Tapi mungkin pesan itu yang selalu disampaikan kepada semua orang yang singgah, terutama orang jawa. Karena mungkin mereka tidak tahu lagi harus menyampaikan pada siapa. Tapi apapun maksud pesan itu, saya cuma bisa ikut mendoakan.
Untuk temanburhan semua, saya cuma mengajak diri saya dan temanburhan semua yang berada di suatu tempat yang lebih baik dari tempat ini sudah selayaknya banyak bersyukur atas segala kemudahan yang bisa setiap saat kita akses. Bagi teman-teman di Kabau Pantai, tetap semangat, dimana saja adalah Bumi Alloh. Alloh punya skenario terbaik untuk kalian.
Burhan.