Selasa, 17 Desember 2013

Hati yang tenteram

Kebetulan nih, Alloh tunjukkan hidayah kepada saya untuk dapat ilmu. Tadi pas sholat shubuh di masjid kebetulan ada kultum oleh Ustadz. Ridwan Husen. Kebetulan saya lagi gak males-males banget, jadi bisa sholat shubuh berjamaah di masjid, sekalian dengerin kultum beliau. Jadi untuk memperbanyak manfaaat, saya share di blog.
Beliau mengawali dengan anjuran untuk selalu mengkaji alquran di pagi hari. Beliau sampaikan bahwa mengkaji Al-Quran saat fajar, sangat mudah masuk ke dalam fikiran dan hati kita dan memberikan energi positif sepanjang hari. Al-Quran ini akan langsung dapat menasehati  ke dalam jiwa kita. Lebih mudah dibandingkan orang lain menasihati kita. Minimal satu ayat sehari  Tilawahnya boleh banyak, tapi harus tahu artinya minimal 1 ayat sehari. Kalau yang punyanya cuma terjemahan gak papa, kalau yang punya tafsir lebih bagus. Kita baca artinya saja. Resapi. Anggap segala yang dikatakan Alloh dalam Al-Quran itu adalah buat kita. Yak, langsung hanya buat kita. Seperti orang langsung menasehati kita. Lalu kesankan dalam hati. Kalau setiap hari kita lakukan, akan lebih mudah kita akan mendapat ilmu. Hidayah dan ilmu itu masuk ketika kita khusyuk, tentunya akan mudah kalo situasinya juga mendukung, dan fajar adalah waktu yang pas.
Beliau kajikan mengenai Tafsir surat Yunus ayat 7 (QS, 10:7)
arti ayatnya begini:
"Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengaharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan mersa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan (kehidupan itu), dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami"

Beliau sampaikan bahwa akan bayak orang akan memiliki kecenderungan tidak mau/ menolak bertemu dengan Alloh. Dalam berbagai cara. Setiap segala aktivitas mendekat kepada Alloh akan selalu terasa tidak menentreramkan. Sungguh hanya dunia yang membuatnya tenteram. Segala aktivitas untuk mencari dunia, mengalahkan segalanya, layaknya anak-anak main bola lupa segalanya. Aktivitas bekerja mencari uang sampai melupakan panggilan Alloh untuk sholat 5 waktu. Aktivitas mencari hiburan setelah seharian bekerja melupakan ibadah-ibadah di sepertiga malam dan fajar. Dan mereka tenteram dengan itu. Ketika kita tersibukkan dunia tetapi kadang masih resah karena belum sholat, itu berarti masih belum masuk dalam kategori orang yang menolak bertemu Alloh. Orang kategori sebagaimana dalam ayat tersebut sudah tidak ada keinginan bertemu dengan Nya. Mereka enjoy sekali dengan dunia. Seperti sudah tertutup pintu kesadarannya. Dan mereka lalai akan ayat-ayat Alloh. Ayat ini bisa yang tertulis di Al-Quran dan alam semesta ini. Segala kejadian apapun sudah tidak kemudian membuat ia ingat kepada Alloh. Segala kejadian dianggap kebetulan, sebab akibat, hasil jerih payah, dll. Padahal seharusnya ketika kita dibacakan ayat-ayat Alloh maka bertambahlah iman kita, membesarlah keyakinan kita akan Alloh. Dan di Neraka jahannamlah tempat kembali mereka.
Naudzubillimin dhalik.
Beliau tekankan bahwa bertemu Alloh adalah nikmat terbesar. Sekaya dan sesenang apapun orang di dunia, mereka akan lebih senang dan bahagia menyicip Syurga. Padahal sebahagia apapun orang di syurga, manusia kan lebih bahagia bertemu Alloh dan senantiasa menatap wajahnya yang kekal. Karena ruh kita adalah ruh Alloh yang ditiupkan kepada kita. Dan segala kerinduan kita akan terbayar sempurna dengan senantiasa memandangi wajahnya, ALloh azza wa jalla.
Sekian dan selamat mencari hikmah
Follow twitter saya @yudhiburhan

Selasa, 03 Desember 2013

Merantau

Ada yang berniat merantau?
Atau memang sekarang anda perantau?
Atau jangan-jangan anda anti merantau?
Apapun pilihan anda sah-sah saja.
Merantau itu apa ya? Saya juga belum pernah baca dan tahu persis apa pengertiannya. Cuman menurut KBYB atau Kamus Besar Yudhi Burhan, merantau  saya artikan dengan pergi meninggalkan kampung halaman dengan waktu yang cukup lama untuk tujuan tertentu.
Aktivitas merantau ini tidak terjadi dengan sendirinya. Selalu ada faktor yang mendorongnya. Ada yang memang didorong oleh budaya, seperti daerah-daerah di Sumatera. Kepercayaannya adalah setiap laki-laki dalam keluarga harus merantau untuk memperbaiki kehidupan keluarga. Lain lagi dengan budaya orang Jawa yang cenderung mempunyai prinsip "mangan-ra mangan, ngumpul" atau Bahasa Indonesianya makan nggak makan yang penting kumpul. Sehingga Orang Jawa cenderung tidak suka merantau, kecuali ada faktor lain yang mendorong. Sehingga kemudian sekarang di belahan daerah manapun selalu ditemui orang marantau. Orang Padang, Orang Bugis, Orang Buton, Orang Madura dan juga Orang Jawa dapat ditemui di daerah manapun. Dan memang faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor ekonomi, banyak orang yang merantau untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Ada juga yang kemudian disistematiskan, sehingga kemudian munculah program Transmigrasi.  
Tapi menurut saya merantau untuk tujuan yang baik banyak hikmahnya. Ustadz saya dulu pernah bilang, merantaulah agar kamu tahu dimana posisimu. Maksudnya gini, mungkin di kampung kita kita termasuk orang yang paling alim. Keadaan ini membuat kita lengah. Dan setelah kita pergi ke tempat lain, ternyata di tempat yang lain, keimanan dan ibadah kita masih kalah jauh. Atau contoh lainnya kita di kampung termasuk orang yang paling miskin, dan keadaan ini membuat kita putus asa dan minder. Dan di daerah yang lain, ternyata masih banyak yang nasibnya tidak seberutung kita.
Hikmah lainnya, dengan merantau kita akan mendapatkan arti pentingnya sebuah keluarga. Misalnya kita merantau meninggalkan orang tua atau saudara, maka dengan merantau kita akan tahu besarnya nikmat ketika bersama, menyesalnya kita atas segala hal yang kurang baik yang telah kita lakukan. Dan kita akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik ketika kita pulang.
Saya juga pernah merantau. Banyak hikmah yang bisa saya ambil. Ternyata di belahan dunia lain banyak orang yang bisa menjaga Sholat Fardhu Jamaah 5 Waktu di masjid, dan saya berharap bisa mengikuti kebaikan itu. Di belahan dunia lain ternyata banyak orang kurang bisa memberi toleransi atas keberagaman dan kepentingan orang lain, dan saya berharap bisa menjadi orang yang lebih peka dan toleran. Di perantauan ini saya selalu teringat banyak waktu yang dulu saya habiskan di kampung tanpa kebaikan kepada orang tua. Di perantauan saya jadi tahu bahwa seharusnya banyak hal baik yang bisa saya lakukan untuk lingkungan sekitar. Di tempat yang jauh saya bisa lebih mengenal diriku sendiri, dan itu juga berarti aku lebih mengenal diriMu.
Terimakasih, Engkau telah memberikan aku kesempatan merantau. Terimakasih atas segala hikmah, terimakasih untuk segala Hidayah. Dan saya berharap untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik, terutama untuk orang-orang yang paling berarti dalam hidup saya.
Dan saya pernah mendengar kata bijak " Merantaulah, agar kau tahu kenapa harus pulang, agar kau tahu siapa yang kau rindu"
Yang penting jangan sampai niat baik kita merantau terbelokkan niatnya. Jangan sampai ada lagi cerita Malin Kundang Jilid II.
Selamat merantau dan mencari hikmah