Jumat, 07 Maret 2014

Hanya Petani

Kita tidak pernah tahu darimana datangnya hidayah, kita tidak pernah menyangka juga memperkirakan waktu datangnya, karena hidayah adalah bagian dari Nur Alloh yang akan diberikan bagi orang yang dikehendaki.
Siang itu, adzan dhuhur, kulangkahkan kakiku ke masjid. Tidak jauh, hanya sekitar 250 langkah menuju masjid tersebut. Tapi pada salah satu langkahnya, Alloh berkehendak. Batinku terhenyak, anganku melayang ke belakang. Saya, bukan orang baik, banyak maksiat yang telah saya lakukan, tapi hari ini saya masih diberikan keringanan menuju rumah Alloh, dan saya selalu menjaga sholat 5 waktu. Saya selalu ketakutan ketika meninggalkannya. Saya tumbuh dari keluarga yang biasa, bapak simbok saya seorang petani. Pendidikan yang sama dengan anak anak kurang mampu lainnya yang bisa mereka berikan pada saya. Sayapun tidak pernah menempuh pendidikan agama yang cukup, pesantren misalnya. Orang tua saya juga tidak pernah memaksa saya untuk melakukan sholat, tetapi mereka selalu mencontohkan. Tapi saya merasa, Alloh memberikan kefahaman kepada saya karena Alloh berkehendak. Bayangan saya langsung tertuju pada kedua kakak saya. Mereka hampir sama dengan saya, bahkan dalam pertumbuhan mereka, keadaan keluarga mungkin lebih memprihatinkan. Sama dengan saya, tanpa mengecap pendidikan agama yang cukup, tapi Alloh berikan kefahaman agama juga kepada mereka. Saya langsung teringat bapak dan ibu saya yang menjatuhkan pilihan menjadi petani sebagai sumber kehidupan mereka, yang hanya menggantungkan nafkahnya untuk kami dari beberapa meter sawah saja. Dengan hasil panen yang tidak pernah bisa diprediksi. Tapi alloh selalu mencukupkan kebutuhan kami.
Kemudian saya berfikir. Dengan bertani ini, kedua orang tua saya justru terhindar dari bahayanya rejeki yang tidak halal. Mereka selalu mengharapkan sifat kasih dan sayang alloh mencurahkan rejeki melalui sawahnya. Bisa jadi makanan yang kami makan yang diperoleh orang tua kami dari sawah ini, asbab kefahaman agama kami. Bisa jadi dengan kepasrahan orang tua kami akan kepastian rejeki Alloh ini, sumber hidayah di hati kami.
Saya kemudian merefleksikan diri saya. Secara duniawi, saat ini saya mungkin lebih hebat dari mereka.  bisa dapatkan uang berkali-kali lipat dari yang dulu orang tua saya bisa dapatkan. Saya bisa dapat uang jauh lebih gampang dari yang orang tua saya dulu usahakan.
Tapi bagaimana dengan keberkahan?
Bisa jadi terbatasnya uang orang tua kami dulu jauh lebih berkah dari yang saya punya sekarang
Bagaimana dengan keyakinan?
Bisa jadi keyakinan mereka akan Allohlah sumber rejeki, jauh lebih dari keyakinan saya.
Hanya Alloh pemberi jawaban semua ini.
Satu yang pasti, orang tua saya sudah sukses dan membesarkan kami dan menjadikan kami seperti ini.
Sedangkan saya belum membuktikan apa-apa.
Ya Alloh...
Akan jadi generasi seperti apa anak-anak kami nanti?
Generasi yang dihasilkan dari orang tua dengan kefahaman agama dan keyakinan rejeki-Mu yang sangat rendah ini??
Ya Alloh ...
Anak-anak kami adalah milikMu, engkaulah maha pemberi kefahaman.
Jagalah rejeki kami dari yang haram dan tidak berkah
Jagalah keyakinan hati kami bahwa hanya Engkaulah sumber rejeki kami

Selamat Mencari Hikmah
@yudhiburhan

3 komentar: